Partai Politik Islam Memakan Teman Sendiri


pksPada level pemilih, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menemukan bahwa sebetulnya masyarakat bawah mampu membedakan garis batas ideologi dalam partai-partai politik. Survei LSI, 8-20 September 2008, menunjukkan kecenderungan pemilih mengidentifikasi PKS, PKB, PPP, PAN, PNUI dan PBB sebagai partai yang islamis. Sementara Golkar, PDIP, Demokrat, dan Gerindra adalah partai nasionalis atau pancasilais.

FENOMENA partai-partai Islam memicu perbincangan menarik belakangan ini menyusul kemenangan koalisi yang melibatkan partai Islam di beberapa pemilihan kepala daerah (Pilkada). Media memberitakan kemenangan-kemenangan itu dengan perspektif seolah partai Islam memang sedang menanjak dan akan menjadi kekuatan dominan pada pemilihan umum 2009. Seiring dengan beberapa kemenangan yang terekspose oleh media itu, beberapa lembaga survei merilis temuan terakhir yang menunjukkan bahwa Partai Keadilan Sejahtera terus mengalami peningkatan suara: dari 1,4 persen pada Pemilu 1999 (masih bernama PK) menjadi 7,3 persen pada Pemilu 2004 dan survei-survei itu menunjukkan bahwa PKS saat ini bisa mencapai 9-11 persen suara. DPP PKS bahkan menargetkan 20 persen suara pada Pemilu 2009.

Wacana yang berkembang dalam diskusi bulanan Jaringan Islam Liberal (JIL), 30 Oktober 2008, tampak mengusung kesimpulan yang berbeda dengan kesimpulan kebanyakan media mengenai bangkitnya kekuatan partai politik Islam. Dua narasumber, Dodi Ambardi (Lembaga Survei Indonesia) dan Burhanuddin Muhtadi (Charta Politika), sepakat untuk hati-hati melihat fenomena “kebangkitan” ini. Sementara Zulkiflimansyah (Partai Keadilan Sejahtera) lebih banyak berbicara dari sudut pandang politisi partai islamis.

Di pihak yang lain, ada sejumlah kalangan, terutama politisi, yang menilai bahwa dikotomi antara kekuatan politik Islam dan nasionalis sudah kehilangan relevansi. Ini terkait dengan tidak jelasnya materi kampanye masing-masing partai. Partai yang dikenal nasionalis dengan mudah mengumbar jargon-jargon Islam, sementara partai yang dikenal berideologi islamis malah mengusung semangat nasionalisme. Dalam sebuah talkshow televisi yang diadakan oleh harian Republika, Yusuf Kalla menegaskan “Tidak ada lagi pertentangan antara Islam dan nasionalis.” Taufik Kiemas, Muhaimin Iskandar, Hidayat Nurwahid, Yusril Ihza Mahendra, Wiranto, dan Republika sendiri mengeluarkan pendapat yang senada dengan Yusuf Kalla.

Politik Aliran

Kesimpulan para tokoh di atas dibantah oleh Dodi Ambardi dan Burhanuddin. Dodi mengemukakan beberapa fakta. Pada level perdebatan institusional di lembaga legislatif, beberapa kasus yang paling sensitif menunjukkan pembelahan ideologis itu masih relevan. Perdebatan mengenai Rancangan Undang-undang Sisdiknas, Pornografi, dan Piagam Jakarja menunjukkan pembelahan ini berjalan secara konsisten. Agenda-agenda Islam yang termuat dalam sejumlah Rancangan Undang-undang itu ditolak secara konsisten oleh partai-partai nasionalis (PDIP, PDS, Golkar, dan seterusnya). Sementara partai-partai islamis hampir selalu menjadi pendukung terdepan agenda-agenda ideologis tersebut.

Pada level pemilih, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menemukan bahwa sebetulnya masyarakat bawah mampu membedakan garis batas ideologi dalam partai-partai politik. Survei LSI, 8-20 September 2008, menunjukkan kecenderungan pemilih mengidentifikasi PKS, PKB, PPP, PAN, PNUI dan PBB sebagai partai yang islamis. Sementara Golkar, PDIP, Demokrat, dan Gerindra adalah partai nasionalis atau pancasilais.

Fenomena ini memperlihatkan bahwa para pemilih sesungguhnya menolak klaim para petinggi partainya sendiri. Ada kesenjangan antara opini publik yang berkembang di kalangan elit partai dan realitas politik yang ada.

Burhanuddin memberi data yang lebih spesifik mengenai realitas politik PKS. Belakangan ini PKS begitu sibuk membangun citra nasionalis bagi partainya. Pada sejumlah materi kampanye terlihat bahwa PKS mencoba meraih simpati pemilih nasionalis dengan mengusung ide-ide mengenai toleransi dan nasionalisme. Tokoh-tokoh nasionalis semacam Soekarno bahkan tampil dalam materi-materi kampanye tersebut. Para elit PKS juga sibuk melakukan sosialisasi dalam rangka mengubah citra PKS yang Islamis menjadi nasionalis. Tetapi menurut data kuantitatif yang dikemukakan oleh Burhanuddin, mayoritas aksi kader-kader PKS dalam bentuk demonstrasi selalu berhubungan dengan agenda-agenda islamis. Pemilih PKS juga adalah pemilih yang paling kuat mendukung agenda-agenda islamis, seperti pemberlakuan hukum potong tangan, menolak presiden perempuan, dan seterusnya. Apa yang dikemukakan oleh para elit PKS ternyata tidak memiliki korelasi dengan aspirasi dasar pemilih PKS itu sendiri.

Menanggapi isu ini, Zulkiflimansyah memberi semacam klarifikasi. Dia berpendapat bahwa PKS adalah partai yang terbuka, menerima siapa saja dan dari latar belakang apa saja. Yang paling penting dari kiprah PKS sekarang ini adalah sebagai wadah bagi ummat Islam untuk melakukan reformasi diri dalam hal penyaluran aspirasi politik. “Berikan waktu kepada ummat Islam untuk melakukan reformasi diri,” ungkap Zulkifli. Bagi dia, apa yang sekarang dijalani oleh PKS adalah semacam upaya untuk menjadikan Islam sebagai instrumen perubahan sosial. Ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Recep Tayyip Erdogan dan Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) di Turki. Mereka adalah generasi Islam yang tercerahkan. Mereka akan membuat politik Islam menjadi lebih rasional dan terbuka.

Partai Politik Islam

Pada level elektabilitas, PKS memang menunjukkan tren menanjak. Tetapi, menurut Dodi, jangan buru-buru mengambil kesimpulan bahwa partai politik Islam secara umum memang sedang mendapat momentum untuk terus menanjak. Realitas politik menunjukkan bahwa mayoritas pemilih tetap pada pendirian untuk memilih partai-partai nasionalis. Survei nasional LSI, April 2008, menunjukan bahwa 60 persen pemilih tetap memilih partai non-Islam, sementara hanya 16,6 persen yang memilih partai Islam, 24,4 persen sisanya belum menentukan pilihan. Angka ini cukup stabil sejak 2005.

Jika kemudian PKS tampak mendulang suara semakin besar, maka yang patut dipertanyakan adalah dari partai mana suara PKS itu datang. Dalam pelbagai survei ditemukan bahwa seiring dengan meningkatnya suara PKS saat itu pula suara partai-partai seideologi juga mengalami penurunan. Dua partai yang paling menderita atas peningkatan suara PKS ini adalah PAN dan PBB. Itu artinya, PKS telah masuk ke dalam praktik “ta’kula lahma akhihi” (memakan teman sendiri).

Pola ini disadari betul oleh para elit PKS. Itulah yang membuat mereka tampak bersiteguh untuk tampil lebih nasionalis. Menurut Dodi, kekuatan PKS yang islamis sesungguhnya tidak sebanyak yang dibayangkan. 7,3 persen pada Pemilu 2004 tidak bisa serta merta berisi pemilih-pemilih Islam. Materi kampanye yang diusung oleh PKS saat itu justru adalah tentang pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. Sementara pada 1999, di mana PKS hanya memperoleh suara 1,4 persen suara, PK begitu kental dengan agenda-agenda politik Islam. Yang membuat PKS mendulang suara berkali lipat justru adalah kampanye di luar agenda islamis.

Tetapi, menurut Burhanuddin, PKS tetap harus berhati-hati mengambil isu-isu nasionalis dalam materi kampanyenya. Realitas pemilih PKS yang sangat kental dengan nuansa islamis akan membatasi ruang gerak PKS itu sendiri. Tantangan utama PKS dalam melebarkan sayap audiens politik kepada pemilih nasionalis akan mendapat tantangan dari kalangan internal sendiri. Sangat mungkin PKS akan ditinggalkan oleh pemilih ideologisnya jika ia terus bermain-main dengan isu-isu nasionalis, sesuatu yang tidak mendapat tempat di hati para pemilih PKS itu sendiri.

Lebih jauh Burhanuddin menjelaskan bahwa realitas politik yang menunjukkan semakin banyaknya partai yang gangdrung menggunakan jargon-jargon islami sebetulnya adalah bukti bahwa partai-partai nasionalis justru sedang berusaha melebarkan sayap menggerogoti basis pemilih partai-partai Islam. Alih-alih partai Islam yang mampu mengalihkan dukungan partai nasionalis, suara di basis-basis massa mereka sendiri yang semakin terancam oleh para elit partai nasionalis yang semakin “islamis.”.[]

12 Komentar

Filed under Agama, Demokrasi, Islam, Kliping, Politik

12 responses to “Partai Politik Islam Memakan Teman Sendiri

  1. Promosikan artikel anda di http://www.infogue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online & kamus online untuk para netter Indonesia. Salam!
    http://pemilu-2009.infogue.com/partai_politik_islam_memakan_teman_sendiri

  2. Mufidah

    Sebagai muslimah: saya sedih dg judul diatas, semoga survei yang mengambil hanya dari beberapa sample itu tidak benar. sudah waktunya umat islam bersatu bahu membahu. minimalkan perbedaan!!! maksimalkan persamaan!!!, sama2 islam,sama sama pilih partai yang berazaskan islam. saat ini negara kita harus bangkit dari keterpurukan dalam segala hal. waktunya sistim (syariah)islam yang kita anut, tinggalkan sistim kolonialisme belanda. kita harus yakin sistim yang sesuai dg syariah islam pasti mampu merubah situasi ini, karena kita mengacu pada hukum Yang Maha Pencipta(ALLAH SWT), dan pasti negara ini akan menjadi baldatun toyyiban waroobbun ghafuur, dan yang non islam pasti akan merasakan rahmatan lil alamiin juga.amiin

  3. zuriatul

    Dasar ideologi PKS itu beda dari PKB,PAN dan PPP,PBB,Pdll. Jika konkrit ideologinya sama, mana mungkin jadi banyak partai, berwajah sama ‘Islam, ya. Jadi tidak ada istilah memakan saudara sendiri, kalau mereka bersaudara, juga saudara tiri yang ibunya terusan berantam.
    Kalangan non-muslim tidak mungkin memilih partai-partai berwajah Islam, karena itu jelas saja sebagai sebuah kemurtadan. Oleh karena itu partai Islam hanya akan bisa mengembangkan sayapnya ke wilayah konstituen Islam. Apapun yang diajukan partai Islam tentang wacananya, baik keterbukaannya, atau jika ia mengatakan partainya mentolerir atheisme sekalipun, para penganut atheis tidak akan memilih mereka.
    Oleh karena itu PKS hanya bisa merangkul pemilih baru yang beragama Islam, atau yang dahulunya memilih partai-partai Islam dan atau menyadarkan orang Islam yang berada di partai non-Islam dan kemudian merangkulnya.

  4. SALMAN

    artikel ini menulis :
    “Dalam pelbagai survei ditemukan bahwa seiring dengan meningkatnya suara PKS saat itu pula suara partai-partai seideologi juga mengalami penurunan. Dua partai yang paling menderita atas peningkatan suara PKS ini adalah PAN dan PBB. Itu artinya, PKS telah masuk ke dalam praktik “ta’kula lahma akhihi” (memakan teman sendiri)”

    analogi KONYOL!!!!!

    tidak selamanya dua kejadian yang terjadi bersamaan atau beruntun itu punya hubungan, mas!!!

    misalnya gini :
    tanggal 18 hilary datang ke indonesia
    tanggal 18 bayi di RSU meninggal 2 orang

    jangan langsung disimpulkan bahwa meninggalnya bayi itu disebabkan datangnya Hilary ke Indonesia!!! walaupun kejadiannya bersamaan.

    ngawur neh!!!

  5. SALMAN

    ada cerita tentang seorang ayam yang mencoba belajar silogis dan konklusi:

    ayam berkata :
    setiap pagi pak tani selalu mendekati kandang saya, setelah itu makanan tersaji dihadapan saya
    kejadian tersebut berulang terus tiap hari hingga ayam menyimpulkan :
    “pak tani mendekati kandang saya, otomatis pasti saya akan mendapatkan makanan”

    hal tersebut tidak terbukti ketika pada suatu hari pak tani mendekati kandang ayam sambil membawa pisau yang telah diasahnya……

  6. zuriatul

    Mas Salman,logikanya benar, tapi tidak seluruhnya benar bahwa tidak ada hubungan antara peningkatan suara PKS dengan penurunan suara parai Islam lainnya, hanya saja ini sulit dibuktikan secara akurat karena sifat pemilu yg luber.

    Kalau politikus yg berujar jangan ditanggapi seriuslah. Penggunaan istilah al-Quran “makan bangkai saudaranya sendiri” itukan hanya trik politik supaya orang yang percaya al-Quran rusak imannya sebagaimana kerusakan iman yg dialami si politikus.
    Dalam dunia politik praktis, perpindahan konstituen adalah hal yang wajar. Karena PKS berbasis Islam, jelas ia akan dipilih oleh penganut Islam, kebetulan sebagian mereka sebelumnya telah memilih partai lain, lalu melihat PKS lebih serius dari partai yg telah mereka pilih, wajar dong mereka eksodus ke PKS. PKS ngak makan kok, PKS cuman ngumpan dengan kinerjanya, lalu mereka pilih PKS.

  7. rebelina

    politik tidak hanya berdasarkan asumsi tapi harus ada faktanya.

    PKS bukan berbasis islam
    hanya berbasis orang-orang islam hasil tarbiyah yang didoktrin bahwa PKS lah partai palimg benar…

    padahala kalau ngomong basis islam, apanya manuver poilitik PKS yang islami???
    koalisi asal koalisi
    capres boleh perempuan
    ga pernah isukan syari’ah karena dianggap akan melahirkan polemik
    dll

    jadi apanya yang islami?

    kesalehan individu (kader PKS lebih nyantri dari kader partai islam lainnya) tidak membuat PKS sebagai partai lantas otomatis menjadi islami…karena aktivitas politik partai yang dinilai bukan shalat tahajudnya anggota partai..

    bahkan saya pernah nanya beberapa kader DPW dan DPD di indo bag.timur ada beberapa yang ga paham dengan visi misi PKS, tapi karena terlanjur masuk LDK dan sudah jadi “ikhwan”, makanya ngurusin rumah tangga di kantor partai. lumayan gampang dapet “pendamping”..
    tapi.. mudah-mudahan hanya taktik..

  8. SALMAN

    Undangan :

    bagi teman-teman yang pengen diskusi masalah keummatan, HTI NTB mengundang pada ahad pekan ke 4 tiap bulan di masjid dinas kimpraswil mataram jalan majapahit (barat taman budaya), pukul 9 pagi. kami tunggu partisipasi anda semua!!!

    buktikan kalo anda punya gigi!!!

  9. Kuring

    PKS memperjuangkan syari’at islam?

    jawabannya dijawab oleh mantan presiden pks Hidayat Nur Wahid pada pertemuannya dengan pengusaha tionghoa. Ketika ditanya “apakah PKS akan mendirikan negara Islam?”
    HNW menjawab mantap, “TIDAK, PKS adalah organisasi politik yang bersifat nasional, kami mengikuti hukum di Indonesia yaitu UU parpol dan UUD ‘45.
    (Republika, 4/5/2009).

    So,…
    PKS partai ISLAM (aturan hidup diatur oleh sang Kholiq Alloh SWT)
    atau
    SEKULER (aturan sang Kholiq dipisahkan dari kehidupan) ?????

    Jawabannya ada di atas…

  10. Jika ada partai (di Indonesia)yang serius memperjuangkan Syari’at Islam, kemungkinan hanya akan dipilih oleh sekitar 3%an pemilih saja. Oleh karena itu PKS mengeser posisinya ke kiri, sehingga basisnya bertambah, karena itu pada pemilu 2004 PKS dipilih oleh 8.325.020 orang. Sayang citra Islam PKS telah terlalu mendalam sehingga sulit untuh menambah pendukungnya, meskipun elit partai telah berupaya mencitrakan PKS sebagai partai yang tidak Islami.
    Ayo Mas Kuring, mari kita pelajari dan imani Al-Quran. Orang yang beriman kepada Al-Quran otomatis menegakkan Syari’at Allah.

  11. Kuring

    Seharusnya,
    HNW jelasin dong…
    ketika ada orang kafir yang notabene awam terhadap Islam, nanya tentang negara Islam.

    Jelaskan,
    Keindahan Syari’at Islam ketika diterapkan pada masa Rosul…
    Pada masa pembebasan Palestin oleh Umar, beda dengan perang salib…
    Betapa Solahudin Al-Ayubi membebaskan Palestin, tidak dengan keji seperti diramalkan banyak orang, justru …bla..bla…

    Jelaskan,
    Islam itu universal,
    Hubungan makhluk dengan Alloh,
    Hubungan makhluk dengan makhluk,
    Hubungan makhluk dengan alam sekitar,
    bukan hanya baca Qur’an, Sholat, tahajud..
    tapi juga mengatur mu’amalah,
    Sistem pemerintahan pun, Islam punya sendiri, dan sudah dicontohkan oleh Rosul dan para sahabat.
    Tak perlu mengadopsi pemahaman Yunani kuno…
    Kita punya yang perfect, dari Alloh SWT, yaitu ISLAM.

    gak usah malu-malu!
    gak usah takut!

    Terima kasih
    Kang Khairi…
    atas infonya.
    jadi, PKS sekarang bukan partai Islam…

    Mohon maaf, kepada saudara-saudara saya yang dulu pernah masuk PKS, pilih PKS karena ajakan saya..
    Saya sangat menyesal pilih PKS!!!!!
    PKS bukan yang dulu lagi!!!

  12. PKS, kembalilah ke khiththah-mu menjadi partai dakwah. Keluarlah dari berkoalisi dengan non-partai Islam. Wala talbisul haqqa bil bathil wataktumul haqqa wa antum ta’lamun.
    PKS, Mengapa anda gila kekuasaan, anda lupakan umat. Apa yang anda lakukan akan menghancurkan PKS. Lihatlah, iklan-mu telah mengurangi lebih seratus ribu pendukungnya dari pemilu 2004. Hai elit PKS segeralah selamatkan PKS. Segeralah bertaubat.

Tinggalkan Balasan ke Zuriatul Khairi Batalkan balasan